Arti Bunyi Tokek 9 Kali Menurut Islam

Dalam artikel ini, kita akan menelusuri misteri bunyi tokek 9 kali, mulai dari mitos Jawa hingga penjelasan menurut pandangan agama Islam, lengkap dengan sejarah dan fakta menariknya.

Tokek adalah salah satu hewan yang sering ditemukan di rumah-rumah di Indonesia, terutama saat malam hari.

Salah satu fenomena menarik yang kerap jadi perbincangan di masyarakat adalah ketika seekor tokek berbunyi hingga sembilan kali berturut-turut.

Banyak yang penasaran, sebenarnya apa makna dari suara tokek 9 kali? Apakah ini membawa pertanda tertentu dalam kehidupan seseorang, khususnya menurut ajaran Islam?

Asal-Usul Mitos Bunyi Tokek di Tengah Masyarakat

Sejak lama, tokek sudah jadi bagian dari cerita rakyat dan kepercayaan tradisional.

Suara tokek yang terdengar di malam hari sering dipercaya sebagai pertanda atau “kode” alam atas suatu peristiwa yang akan terjadi.

Setiap jumlah bunyi tokek, mulai dari satu hingga lima belas kali, diyakini memiliki makna berbeda dalam primbon Jawa.

Misalnya, suara tokek satu kali dianggap pertanda baik, sedang sembilan kali dianggap memiliki peringatan tertentu.

Tidak hanya di Jawa, masyarakat di Bali juga punya tafsir tersendiri atas suara tokek, walau penafsirannya bisa berbanding terbalik angka ganjil dianggap baik, genap dianggap buruk, atau sebaliknya.

Kepercayaan seperti ini hidup berdampingan dengan rutinitas masyarakat pedesaan maupun perkotaan hingga sekarang.

Mitos Bunyi Tokek Sembilan Kali menurut Kepercayaan Lokal

Dalam tradisi dan kepercayaan Jawa, bunyi tokek sembilan kali sering dikaitkan dengan pertanda buruk.

Lebih rincinya, suara tokek 9 kali disebut “Sengsara Bara” artinya, penanda datangnya masa-masa sulit atau kesengsaraan yang tidak kunjung berakhir.

Konon, jika kamu mendengar tokek berbunyi sembilan kali di sekitar tempat tinggalmu, kamu diingatkan untuk lebih berhati-hati dan waspada terhadap kemungkinan masalah berkepanjangan, baik dalam pekerjaan, keuangan, hingga urusan keluarga.

 Berbunyi 9 kali: Sengsara Bara artinya sengsara yang tidak berkesudahan.”
(Primbon Jawa)

Menariknya, di sebagian daerah lain ada juga anggapan berbeda. Misalnya, dalam beberapa penafsiran primbon, ada juga yang menyebut suara tokek sembilan kali sebagai pertanda baik, yakni rezeki atau kebahagiaan yang datang. Namun secara umum, narasi “sengsara” lebih sering dijumpai pada tafsir tradisional di Jawa.

Bunyi Tokek menurut Islam Tak Ada Makna Khusus

Banyak orang penasaran dan mencari jawaban melalui Islam, apakah ada penjelasan mengenai makna jumlah bunyi tokek termasuk sembilan kali.

Jawabannya, menurut ulama dan para ahli tafsir, tidak ada makna khusus jumlah bunyi tokek menurut Islam.

Pandangan ini didasarkan pada fakta bahwa Islam memisahkan antara kepercayaan syirik, mitos, dan tauhid.

“Di dalam Islam sendiri, sebenarnya tidak ada makna khusus terkait jumlah bunyi tokek. Sehingga, tidak ada arti tertentu yang ditunjukkan dari suara yang dihasilkan tokek.”

Islam lebih menekankan bahwa segala sesuatu yang terjadi, termasuk suara hewan termasuk tokek adalah bagian dari takdir Allah dan tidak bisa dipatok sebagai pertanda nasib baik atau buruk.

Islam melarang mempercayai ramalan atau pertanda yang tidak didasari dalil syariat.

Mitos / Fakta, Haruskah Kamu Percaya pada Pertanda Tokek?

Keyakinan terhadap pertanda suara tokek, khususnya sembilan kali, memang sudah mengakar di masyarakat.

Namun, sebagai umat Islam yang berpegang pada tauhid, kamu dianjurkan untuk tidak mempercayai hal-hal terkait ramalan atau mitos yang tidak memiliki dasar dalam Al-Quran dan hadits.

Mitos bunyi tokek justru bisa membawa seseorang kepada perbuatan syirik jika meyakininya sebagai penentu nasib.

Fakta ilmiah menyebutkan bahwa suara tokek sebenarnya adalah mekanisme alami untuk menandai wilayah, menarik pasangan, atau peringatan terhadap ancaman.

Dengan demikian, suara tokek sembilan kali hanyalah ekspresi dari perilaku alami hewan tersebut, bukan “kode” dari alam.

Penutup

Bunyi tokek sembilan kali memang menyimpan cerita, mitos, dan perdebatan di tengah masyarakat. Namun sebagai muslim, kamu tidak perlu mengaitkan suara tokek dengan nasib baik atau buruk.

Jadikan setiap kejadian sebagai ajang introspeksi untuk semakin mendekatkan diri kepada Allah.

Dan jangan lupa, mitos hanyalah bumbu dalam kehidupan. Kunci kedamaian hidup adalah tetap beriman, beramal saleh, dan selalu bersangka baik atas setiap keadaan.